TEGUH ARYO NUGROHO
MAKALAH
KECAKAPAN
ANTAR PERSONAL
KOMUNIKASI
Disusun
oleh :
TEGUH ARYO NUGROHO
(2077200279)
DENY YULISTYANTO
(2077200287)
SEKOLAH
TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
ADI
UNGGUL BHIRAWA ( STMIK-AUB )
SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Kecakapan antar personal adalah suatu ilmu komunikasi dan
interaksi antara sesama individu yang satu dengan individu yang lainnya.
Interaksi antar individu sangatlah penting untuk kelangsungan hidup manusia,
karena manusia adalah makhluk sosial yang saling ketergantungan satu dengan
yang lainnya. Tanpa ada individu yang lain maka manusia tidak akan bisa saling
memenuhi kebutuhannya.
Maka pada matakuliah Kecakapan Antar Personal ini manusia
diajarkan tentang bagaimana manusia saling berinteraksi dan bagaimana saling mengerti
individu yang lainnya. Komunikasi adalah salah satu sarana penting dalam
berinteraksi, tanpa adanya komunikasi tidak mungkin manusia dapat berinteraksi
dengan individu yang lainnya. Komunikasi telah dilakukan sejak dahulu kala,
banyak beragam komunikasi. Yang paling sederhana adalah komunikasi dengan
saling tegur sapa dan saling berbicara. Sedangkan komunikasi jarak jauh dahulu
antara lain : kentongan, bedug, merpati, surat, dll.
Komunikasi terus berlangsung hingga saat ini yang merupakan
jaman modern tapi komunikasi paling sederhana yaitu saling bercakap tetaplah
tidak teganti. Sedangkan untuk komunikasi jarak jauh telah banyak pergantian,
antara lain : telepon, email, surat, faks, dll. Komunikasi tetaplah menjadi
salah satu sarana paling penting untuk interaksi antara individu.
BAB II
PEMBAHASAN
- Definisi Komunikasi
Lewat komunikasi orang
berusaha mendefinisikan sesuatu termasuk istilah "komunikasi" itu
sendiri. Apakah komunikasi itu suatu tindakan sesaat, suatu peristiwa, atau suatu
proses yang terus berkesinambungan?, Apakah komunikasi berlangsung hanya bila
kita menyengajakannya? Dapatkah komunikasi berlangsung tanpa disengaja? Lalu,
apakah kesengajaan itu? Hingga kini terdapat ratusan definisi komunikasi yang
telah dikemukakan para ahli. Seringkali suatu definisi yang telah dikemukakan
berbeda bahkan bertentangan dengan definisi lainnya. Tahun 1976 saja
pernah dikumpulkan (Fank Dance dan Carl Larson) 126 definisi komunikasi
yang berlainan.
a. Tiga
Dimensi Penting Yang Mendasari Definisi-definisi Komunikasi
1. Dimensi
Pertama : Tingkat Observasi atau derajat keabstrakannya
Misalnya, definisi
komunikasi yang menyatakan "komunikasi adalah proses yang menghubungkan
satu sama lain bagian-bagian terpisah dari “dunia kehidupan” adalah terlalu
umum, sementara definisi komunikasi yang menyatakan bahwa "komunikasi
sebagai alat untuk mengirim pesan militer, perintah, dan sebagainya lewat
telepon, telegraf, radio, kurir, dan sebagainya" terlalu sempit.
2. Dimensi
Kedua : Kesengajaan (intentionality)
Sebagian
definisi mencakup hanya pengiriman dan penerimaan pesan yang
disengaja, sedangkan sebagian definisi lainnya tidak menuntut syarat ini.
Contoh definisi yang mensyaratkan kesengajaan (Gerald E Miller)
komunikasi sebagai "situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber
mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk
mempengaruhi perilaku penerima". Sedangkan definisi yang mengabaikan
kesengajaan (Alex Code) " suatu proses yang membuat sama bagi dua
orang atau lebih apa yang tadinya merupakan monopoli seseorang atau sejumlah
orang".
3. Dimensi
Ketiga : Penilaian Normatif
Sebagian definisi meskipun
secara implisit, menyertakan keberhasilan atau kecermatan, sebagian tidak
demikian. Definisi komunikasi dari John B Hoben, misalnya mengasumsikan
bahwa komunikasi itu (harus) berhasil: "Komunikasi adalah pertukaran
verbal pikiran atau gagasan". Asumsi dibalik definisi adalah suatu
pikiran atau gagasan secara berhasil dipertukarkan. Sebagian definisi lainnya
tidak otomatis mensyaratkan keberhasilan, seperti definisi komunikasi dari Berard
Berelson dan Gary Steiner: "Komunikasi adalah transmisi
informasi" , definisi ini tidak mensyaratkan bahwa informasi itu hares
diterima atau dimengerti.
b. Tiga
Konseptualisasi Komunikasi
Ada tiga kerangka
pemahaman mengenai komunikasi, yakni komunikasi sebagai tindakan satu-arah,
komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi. (John R.
Wenburg & William E Wilmot juga Kenneth K Sereno dan Edward M. Bodaken).
1. Komunikasi
sebagai tindakan satu-arah
Suatu pemahaman populer
mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian
pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok
orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media.
Misalnya, seseorang itu mempunyai informasi mengenai suatu masalah, lalu
menyampaikannya kepada orang lain, orang lain mendengarkan, dan mungkin
berperilaku sebagai hasil mendengarkan pesan tersebut, lalu komunikasi dianggap
telah terjadi. Jadi komunikasi dianggap suatu proses linear yang dimulai dengan
sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran atau tujuannya.
Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila
diterapkan pada komunikasi tatap muka, namun mungkin tidak terlalu keliru bila
diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan Tanya jawab
dan komunikasi media cetak dan elektronik (untuk acara/program yang tidak
interaktif).
2.
Komunikasi sebagai interaksi
Pandangan ini menyetarakan
komunikasi dengan suatu proses sebab akibat atau aksi reaksi, yang arahnya
bergantian. Seseorang menyampaikan pesan baik verbal atau non-verbal, sesorang
penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau menganggukkan kepala,
kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpan batik
dari orang kedua, dan begitu seterusnya. Pokoknya masing-masing dan kedua pihak
berfungsi secara berbeda, bila yang satu sebagai pengirim, maka yang satunya
lagi sebagai penerima. Begitu pula sebaliknya. Pandangan ini selangkah lebih
maju dari pandangan pertama, yakni komunikasi sebagai tindakan satu arah, namun
pemahaman ini juga kurang memadai dalam menguraikan proses komunikasi karena
mengabaikan kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengirim dan menerima pesan
pada saat yang sama.
3. Komunikasi
sebagai transaksi
Ketika anda mendengar
seseorang yang berbicara, sebenarnya pada saat itu bisa saja andapun
mengirimkan pesan secara non-verbal (isyarat tangan, ekspresi wajah, nada suara
dan sebagainya) kepada pembicara tadi. Anda menafsirkan bukan hanya kata-kata
pembicara tadi, juga perilaku non-verbalnya. Dua orang atau beberapa
orang yang berkomunikasi, saling bertanya, mengangguk, menggeleng, berdehem,
mengangkat bahu, memberi isyarat dengan tangan, tertawa dan sebagainya,
sehingga proses pengiriman pesan atau penyandian dan penyandian balik yang
terjadi bersifat spontan dan simultan. Semakin banyak orang yang berkomunikasi,
semakin rumit transaksi komunikasi yang terjadi.
Kelebihan konseptualisasi
komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa komunikasi tersebut tidak membatasi
kita pada komunikasi yang disengaja atau respon yang dapat diamati. Artinya,
komunikasi terjadi apakah pelakunya menyengajanya atau tidak, dan bahkan
meskipun menghasilkan respon yang tidak diamati. Berdiam diri, mengabaikan
orang lain di sekitar, bahkan meninggalkan ruangan, semuanya bentuk-bentuk
komunikasi, semuanya mengirimkan sejenis pesan. Gaya pakaian dan rambut anda,
ekspresi wajah anda, kata yang anda gunakan semua itu mengkomunikasikan sikap,
kebutuhan, perasaan dan penilaian anda.
Dalam komunikasi
transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah
menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku verbal maupun perilaku
non-verbalnya. Istilah transaksi mengisyaratkan bahwa pihak-pihak yang
berkomunikasi berada dalam keadaan interdependensi atau timbal balik eksistensi
satu pihak ditentukan oleh eksistensi pihak lainnya. Pendekatan transaksi
menyarankan bahwa semua unsur dalam proses komunikasi saling berhubungan.
Persepsi seorang peserta komunikasi atas orang lain bergantung pada persepsi
orang lain terhadapnya, dan bahkan bergantung pula pada persepsinya terhadap
lingkungan di sekitarnya.
Beberapa definisi yang sesuai dengan
pemahaman ini antara lain :
· John
R. Wenburg dan William Wilmot:
"Komunikasi adalah
suatu usaha memperoleh makna".
· Donald
Byker dan Loren J. Anderson:
"Komunikasi (manusia)
adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih".
· William
1. Gorden:
"Komunikasi secara ringkas dapat
didefinisikan sebagai suatu transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan
perasaan".
· Judy
C. Pearson dan Paul E. Nelson:
"Komunikasi adalah
proses memahami dan berbagi makna".
· Stewart
L. Tubbs dan Sylvia Moss:
"Komunikasi adalah
proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih".
Para pakar tersebut
mendefinisikan komunikasi sebagai proses karena komunikasi merupakan kegiatan
yang ditandai dengan tindakan, perubahan, pertukaran, dan perpindahan. Terdapat
kontinuitas dari setiap unsurnya. Sepanjang hidup anda berkomunikasi dengan
orang lain, dan mereka berkomunikasi dengan anda. Bahkan ketika anda
mengemukakan gagasan kepada seseorang, pemahaman timbal balik atas gagasan
tersebut terus berkembang sebagai pengaruh dari respons mereka terhadap gagasan
tersebut dan sebagai reaksi anda terhadap respon mereka. Lebih jauh lagi,
komunikasi terus berlangsung setelah anda dan mereka berpisah, karena setiap
pihak terus memikirkan dan merespon apa yang dikatakan pihak lain.
Meskipun kematian
menghentikan peran anda sebagai penerima, kematian tidak menghentikan peran
anda sebagai sumber. Singkatnya, kita tidak dapat menyetop komunikasi. Kapan
komunikasi mulai atau berakhir sulit ditentukan.
- Fungsi-Fungsi Komunikasi
Berdasarkan pengamaan yang
mereka lakukan, para pakar komunikasi mengemukakan fungsi yang berbeda-beda
meskipun adakalanya terdapat kesamaan dan tumpang tindih di antara berbagai
pendapat tersebut.
1. Fungsi
Pertama : Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai
komunikasi sosial mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun
konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh
kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan.
Pembentukan konsep diri
Konsep diri adalah
pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat
informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Aspek-aspek konsep seperti
jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pengalaman, rupa fisik, kita tanam
kepada diri kita lewat pernyataan (umpan balik) orang lain dalam masyarakat yang
menegaskan aspek-aspek tersebut dan ini dilakukan lewat komunikasi.
Pernyataan eksistensi-diri
Orang berkomunikasi untuk
menunjukkan dirinya eksis. Bila kita berdiam diri , orang lain akan
memperlakukan kita seolah-olah kita tidak ada. Pengamatan juga menunjukkan
bahwa bila seorang anggota diskusi tidak berbicara sama sekali dan memilih
tetap diam, orang lain akan seger a menganggap bahwa si pendiam itu tidak ada
sama sekali. Mereka tidak meminta si pendiam itu untuk memberi komentar atau
berbicara kepadanya. Dan bila kemudian si pendiam memutuskan berbicara, anggota
lainnya sering bereaksi seolah-olah si pendiam itu mengganggu saja. Mereka
memperhatikannya sedikit saja. Mereka mengharapkan si pendiam itu tidak
berbicara. Respon kelompok yang demikian mungkin tidak akan terjadi bila sejak
awal si pendiam membuat komentar dalam diskusi dan kemudian menunggu giliran
untuk berbicara lagi. Dengan bersikap pasif si pendiam gagal menggunakan
pembicaraan untuk menyatakan eksistensi dirinya.
UNTUK KELANGSUNGAN HIDUP,
MEMUPUK HUBUNGAN, DAN MEMPEROLEH KEBAHAGIAAN
Sejak lahir kita tidak
dapat hidup sendirian untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus
berkomunikasi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti
makan dan minum, dan memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan
kebahagiaan. Melalui komunikasi pula kita dapat memenuhi kebutuhan emosional
kita dan meningkatk an kesehatan mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih
sayang, keintiman, simpati, rasa hormat, rasa bangga, bahkan ir ihati dan
kebencian. Melalui komunikasi, kita dapat mengalami berbagai kualitas perasaan
itu dan membandingkannya antara perasaan yang satu dengan perasaan lainnya.
Komunikasi sosial
mengisyaratkan bahwa komunikasi dilakukan untuk pemenuhan diri untuk merasa
terhibur, nyaman dan tenteram dengan diri sendiri dan juga orang lain. Dua
orang dapat berbicara berjam-jam dengan topik yang berganti-ganti tanpa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pesan-pesan yang mereka
pertukarkan mungkin hal-hal yang remeh, namun pembicaraan itu membuat keduanya
merasa senang.
2. Fungsi
Kedua : Komunikasi Ekspresif
Erat kaitannya dengan
komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan sendirian
ataupun dalam kelompok. Komunikasi eskpresif tidak otomatis bertujuan
mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut
instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan
tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan non-verbal. Perasaan
sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan
benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun terutama lewat perilaku
nonverbal. Emosi juga dapat disalurkan lewat puisi, lagu, tarian, lukisan dan
pemberian bunga maupun drama.
3. Fungsi
Ketiga : Komunikasi Ritual
Erat kaitannya dengan
komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual yang biasanya dilakukan secara
kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang
tahun dan sepanjang hidup yang disebut para antropolog sebagai rites of
passage, mulai dan upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun (nyanyi Happy
Birthday dan pemotongn kue), pertunangan (melamar, tukar icin), siraman,
pernikahan (ijab-qabul, sungkem kepada orang-tua, sawer dsb.), ulang tahun
perkawinan hingga upacara kematian. Kini kegiatan olahraga pun sudah menjadi
komunikasi ritual, misalnya Olimpiade, Piala Dunia Sepakbola, PON. Dalam
acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku
tertentu yang bersifat simbolik.
4. Fungsi
Keempat : Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental
mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah
sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga
untuk menghibur. Bila diringkas kesemua tujuan tersebut dapat disebut
membujuk (bersifat persuasive). Komunikasi yang berfungsi
memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasive
dalam arti pembicara menginginkan pendengamya mempercayai bahwa fakta atau
informasi yang disampaikan akurat dan layak untuk diketahui. Bahkan komunikasi
yang menghibur (to entertain) pun secara tidak langsung membujuk
khalayak untuk melupakan persoalan hidup mereka.
- KONTEKS-KONTEKS KOMUNIKASI
Komunikasi tidak
berlangsung dalam ruang hampa-sosial, melainkan dalam suatu konteks atau
situasi tertentu. Secara luas konteks disini berarti semua factor di luar
orang-orang yang berkomunikasi, yang terdiri dari:
1. pertama,
aspek bersifat fisik
seperti iklim, cuaca, suhu udara, bentuk
ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan
alat yang tersedia untuk menyampaikan pesan.
2. kedua,
aspek psikologis
seperti: sikap,
kecendrungan, prasangka, dan emosi peserta komunikasi.
3.
ketiga, aspek social
seperti: norma kelompok,
nilai sosial dan karakteristik budaya
4.
keempat, aspek waktu
yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam
berapa, pagi, slang, sore,malam).
Banyak pakar komunikasi
mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya. istilah-istilah lain juga
digunakan untuk merujuk kepada konteks ini. Selain konteks yang lazim, juga
digunakan istilah tingkat, bentuk, situasi, keadaan, arena, jenis, cara, dan
pertemuan.
Indikator paling
umum untuk mengkiasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya atau tingkatnya
adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka dikenalah : komunikasi
intrapersonal, komunikasi diadik, komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok
kecil, komunikasi publik (pidato), komunikasi organisasi, komunikasi massa.
- Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal
(intrapribadi) adalah komunikasi dengan diri sendiri, baik kita sadari atau
tidak. Contohnya berpikir. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi
interpersonal (antarpribadi) dan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya.
Komunikasi intrapesonal ini intern dalam komunikasi dua orang, tiga orang dan
seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain kits biasanya
berkomunikasi dengan diri sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang
lain), hanya saja caranya sering tidak disadari. Keberhasilan komunikasi kita
dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri
sendiri.
- Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal
(antarpribadi) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,
baik secara verbal maupun non-verbal. Bentuk khusus dan komunikasi
interpersonal ini adalah komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang,
seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru murid, dan
sebagainya. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah : pihak-pihak yang berkomunikasi
berada dalam jarak yang dekat, pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan
menerima pesan secara simultan dan spontan, balk secara verbal ataupun
nonverbal.
- Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan
orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk
mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka
sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga,
tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah
atau suatu komite yang berapat untuk mengambil suatu keputusan. Komunikasi
kelompok ini dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi interpersonal
(antarpribadi).
- Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah
komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak),
yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut
pidato, ceramah, atau kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi menggunakan
istilah komunikasi kelompok besar. Komunikasi publik biasanya berlangsung lebih
formal dan lebih sulit daripada komunikasi interpersonal atau komunikasi
kelompok, karena komunikasi publik menuntut persiapan pesan yang cermat,
keberanian dan kemampuan menghadapi sejumlah besar orang. Daya tarik fisik
pembicara bahkan sering merupakan factor penting yang menentukan efektifitas
pesan, selain keahlian dan kejujuran yang dimiliki pembicara. Dalam komunikasi
publik hanya satu pihak yang aktif (pembicara) sedangkan pihak lainnya
cenderung pasif. Umpan balik yang mereka berikan terbatas, terutama umpan batik
yang bersifat verbal. Umpan balik non-verbal lebih jelas diberikan oleh
orang-orang yang duduk di jajaran depan, karena merekalah yang paling jelas
terlihat. Sesekali pembicara menerima umpan balik yang bersifat serempak,
seperti tertawa atau tepuk tangan. Komunikasi publik sering bertujuan memberikan
penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau membujuk.
- Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi
terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan
berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari komunikasi kelompok.
Komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi publik, komunikasi
interpersonal (antarpribadi) dan adakalanya juga komunikasi publik. Komunikasi
formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi ke
bawah, komunikasi ke atas dan komunikasi horizontal, sedangkan komunikasi
informal tidak tergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antar
sejawat, juga termasuk gossip.
- Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah
komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (majalah, surat kabar) atau
elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang
dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah orang yang tersebar di banyak
tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara
cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Komunikasi
interpersonal, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi berlangsung juga
dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampaikan media massa ini.
Ø Konteks Komunikasi Lainnya
Konteks-konteks komunikasi
lainnya dapat dirancang berdasarkan kriteria tertentu, misalnya berdasarkan
derajat keterlibatan teknologi dalam komunikasi. Komunikasi Media
("medio" dari bahasa latin yang berarti "pertengahan")
terletak diantara komunikasi tatap muka dengan komunikasi massa, misalnya
telepon, faks-email, radio CB, televisi sirkuit, E-mail. Konteks komunikasi
dapat juga diklasifikasikan berdasarkan bidang, kejuruan atau kekhususan,
sehingga menjadi: komunikasi politik, komunikasi kesehatan, komunikasi
pertanian komunikasi bisnis, komunikasi instruksional, komunikasi pembangunan,
komunikasi antarbudaya, komunikasi internasional.
1. KOMUNIKASI
YANG EFEKTIF
Manusia telah
berkomunikasi selama puluhan ribu tahun. Sebagian besar waktu jaga
manusia digunakan untuk berkomunikasi. Meskipun demikian, ketika manusia
dilahirkan tidak dengan sendirinya dibekali dengan kemampuan untuk
berkomunikasi efektif. Komunikasi dianggap efektif paling tidak harus
menghasilkan 5 hal pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan
yang makin baik dan tindakan. (Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss).
· Menyampaikan
informasi dan menghasilkan pengertian
Pengertian artinya
penerimaan yang cermat dari isi pesan seperti yang dimaksud oleh pemberi
/sumber pesan. (Betapa sering kita bertengkar karena pesan kita diartikan
lain).
· Menghasilkan
kesenangan
Tidak semua komunikasi
ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Ketika
mengucapkan "Selamat pagi, apa kabar?" , kita tidak bermaksud
mencari keterangan atau informasi. Komunikasi ini dimaksud untuk
menimbulkan kesenangan. Komunikasi seperti inilah yang membuat hubungan kita
hangat, akrab, dan menyenangkan.
· Mempengaruhi
sikap
Komunikasi ini yang paling
sering kita lakukan. Komunikasi ini kita sebut komunikasi persuasif. Misalnya,
khotib membangkitkan sikap beragama dan mendorong jemaah beribadah lebih baik.
Guru mengajak muridnya lebih mencintai ilmu pengetahuan. Sales ingin merangsang
selera konsumen untuk membeli.
· Menghasilkan
hubungan sosial yang lebih balk
Sebuah penelitian yang
pernah dilakukan (Philip G Zimbardo) membuktikan kurangnya komunikasi
(tingginya anonimitas atau tidak saling mengenal) menjadikan orang agresif,
senang mencuri, merusak dan kurang memiliki tanggung jawab social. Peneliti
menyimpan dua bush mobil bekas di dua tempat yang berbeda, pertama di wilayah
Bronx, New York, kota dengan tingkat anonimitas yang tinggi, kedua di Palo
Alto, sebuah kota kecil di California, di mana orang sating mengenal dengan
baik. Di Palo Alto mobil ini tidak disentuh orang selama satu minggu, kecuali
waktu turun hujan, seorang pejalan kaki menutup kap mobil agar air hujan tidak
membasahi mesin mobil. Di Bronx dalam beberapa jam saja, di slang hari bolong,
beberapa orang dewasa beramai-ramai di hadapan orang lain, mencopoti
bagian-bagian dari mobil yang dapat mereka gunakan. Tidak ada yang mencoba
mencegah perbuatan itu. Tahap berikutnya anak-anak mulai menghancurkan jendela
depan dan belakang. Berikutnya, beberapa orang dewasa yang berpakaian periente
merusak apa yang masih dapat di rusak. Dalam tempo kurang dad tiga hari, mobil
itu sudah menjadi onggokan besi tua yang menyedihkan.
Apa yang terjadi bila
orang gagal menumbuhkan hubungan interpersonal? Banyak - kata Vance Pakard
(1974), is akan menjadi agresif, senang berkhayal, "dingin", sakit
fisik dan mental, dan menderita "flight syndrome" (ingin
melarikan did dad lingkungannya).
Menghasilkan tindakan
nyata
Komunikasi yang
menimbulkan pengertian memang sukar, jauh lebih sukar lagi komunikasi persuasif
yang menghasilkan tindakan nyata atau yang mendorong orang untuk bertindak.
Namun demikian, keberhasilan komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata
yang dihasilkan. Karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil lebih
dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap at au menumbuhkan
hubungan yang balk. Tindakan adalah hasii kumulatif seluruh proses komunikasi.
2. KOMUNIKASI
INTERPERSONAL YANG EFEKTIF
Komunikasi interpersonal
yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan interpersonal barangkali
yang paling penting, banyak penyebab dari rintangan komunikasi berakibat kecil
saja bila ada hubungan yang balk di antara komunikan. Sebaliknya pesan yang
paling jelas, paling tegas, dan paling cermat, tidak dapat menghindari
kegagalan, jika terjadi hubungan interpersonal yang buruk (Anita
Taylor et al. 1977:187).
· Faktor-faktor
yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal
Pola-pola komunikasi
interpersonal mempunyai efek yang berlainan pada hubungan interpersonal. Tidak
benar anggapan orang bahwa makin sering orang melakukan komunikasi
interpersonal dengan orang lain, makin balk hubungan mereka. Yang menjadi soal
bukan berapa kali komunikasi dilakukan, tetapi bagaimana
komunikasi itu dilakukan. Bila antara anda dan saya berkembang
sikap curiga, makin sering anda berkomunikasi dengan saya, makin jauh jarak kita.
Tiga hal yang akan menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik percaya, sikap
suportif, dan sikap terbuka.
1.
Percaya (trust)
Diantara berbagai faktor
yang mempengaruhi komunikasi interpersonal, factor percaya adalah yang paling
penting. Bila saya percaya pada anda, bila perilaku anda dapat saya duga, bila
saya yakin anda tidak akan menghianati saya atau merugikan saya, maka saya akan
lebih banyak membuka diri saya kepada anda. Hal ini seluruhnya akan membuka
saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta
memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya.
Selain pengalaman, ada
tiga faktor utama yang dapat menumbuhkan sikap percaya atau mengembangkan
komunikasi yang didasarkan pada sikap saling percaya, yakni: menerima,
empati dan kejujuran. Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang
lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. Menerima adalah sikap yang
melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut dihargai (Anita
Taylor 1977:193).
Empati artinya
membayangkan din kita pada kejadian yang menimpa orang lain, dengan empati kita
berusaha melihat seperti orang lain tersebut melihat, merasakan seperti orang
lain merasakan. Berbeda dengan simpati, dalam simpati kita menempatkan din pada
posisi yang dihadapi orang lain, sedangkan empati kita tidak menempatkan did
pada posisi orang lain. Milton J. Bennet (1979:418) melukiskan perbedaan
antara simpati dengan empati dengan pengalaman pnbadinya.
Kejujuran adalah faktor
ketiga yang menumbuhkan sikap percaya. Menerima dan empati mungkin saja
dipersepsi salah oleh orang lain. Sikap menerima kita dapat ditanggapi sebagai
sikap acuh tak acuh, dingin dan tidak bersahabat, empati dapat ditanggapi
sebagai pura-pura. Supaya ditanggapi sebenarnya, kita harus jujur mengungkapkan
diri kita kepada orang lain. Kita harus menghindari terlalu banyak melakukan
"penopengan" atau pengelolaan kesan". Kita tidak menaruh
kepercayaan kepada orang yang tidak jujur atau sering menyembunyikan pikiran
dan pendapatnya. Kita menaruh kepercayaan kepada orang yang terbuka, atau tidak
mempunyai pretensi yang dibuat-buat. Kita berhati-hati pada orang yang terlalu
"halus" sehingga sering menyembunyikan. Isi hatinya atau membungkus
pendapatnya dan sikapnya dengan lambang-lambang verbal dan non-verbal.
Kejujuran menyebabkan perilaku kita dapat diduga (predictable). Ini mendorong
orang lain untuk percaya kepada kita. Di sini berlaku kalimat singkat : Terus
teranglah agar terang terus.
2.
Sikap Suportif
Sikap suportif adalah
sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap defensif
bila is tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Sudah jelas,
dengan sikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal, karena orang
defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang
ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. Jack
Gibb menyebutkan enam perilaku yang menimbulkan perilaku suportif
(1961:10-15) yang banyak dikutip ahli-ahli komunikasi interpersonal.
Perilaku Defensif dan Suportif dari Jack
Gibb
Iklim Defensif
Iklim
Suportif
1. Evaluasi
1. Deskripsi
2.
Kontrol
2. Orientasi
masalah
3. Strategi
3.
Spontanitas
4. Netralitas
4. Empati
5.
Superioritas
5. Persamaan
6. Kepastian
6. Provisionalisme
Dalam penelitiannya Gibb
mengungkapkan, bahwa makin sering orang menggunakan perilaku di sebelah kiri,
makin besar kemungkinan komunikasi menjadi defensif. Sebaliknya, komunikasi
defensifberkurang dalam iklim suportif, ketika orang menggunakan perilaku di
sebelah kanan.
1.
Evaluasi dan Deskripsi.
Evalusi artinya
penilaian terhadap orang lain memuji atau mengecam. Dalam evaluasi kita mempersoalkan
nilai dan motif orang lain. Bila kita menyebutkan kelemahan orang lain,
mengungkapkan betapa jelak perilakunya, meruntuhkan harga dirinya, kita akan
melahirkan sikap defensif. Deskripsi artinya penyampaian perasaan dan persepsi
anda tanpa menilai. Pada evaluasi anda umumnya menggunakan kata-kata sifat
(salah, ngawur, bodoh), pada deskripsi , biasanya anda menggunakan kata-kata
kerja (anda tidak menyebutkan pencita Sonata Musim Semi anda seringkali
berpindah dari satu persoalan ke persoalan lain, anda tidak mengikuti
perkembangan terakhir dalam bidang ini). Kita dapat melakukan evaluasi pada
gagasan, bukan pada pribadi (walaupun banyak orang merasa diserang, ketika
gagasannya dipersoalkan). Deskripsi dapat terjadi juga pada saat kita
mengevaluasi gagasan orang lain, orang "merasa" bahwa kita menghargai
diri mereka (menerima mereka sebagai individu yang
patut dihargai).
2.
Kontrol dan Orientasi masalah.
Perilaku kontrol artinya
berusaha untuk merubah orang lain, mengendalikan perilakunya,
mengubah sikap, pendapat dan tindakannya. Melakukan kontrol juga berarti
mengevaluasi orang lain sebagai orang yang jelek sehingga perlu diubah. Itu
berarti kita tidak menerimanya. Setiap orang tidak ingin didominasi orang lain.
Kita ingin menentukan perilaku yang kita senangi. Karena itu kontrol orang lain
kita tolak. Orientasi masalah sebaliknya, adalah mengkomunikasikan keinginan
untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah. Dalam orientasi masalah anda tidak
mendiktekan pemecahan. Anda mengajak orang lain bersama-sama untuk menetapkan
tujuan dan merumuskan bagaimana mencapainya.
3.
Strategi
dan Spontanitas.
Strategi adalah penggunaan
tipuan-tipuan atau manipulasi untuk mempengaruhi orang lain. Anda menggunakan
strategi bila orang menduga anda mempunyai motif-motif tersembunyi anda
berkomunikasi dengan "ada udang di balik batu". Spontanitas artinya
sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang terpendam. Bila orang
tahu kita melakukan strategi, ia akan menjadi defensif.
4.
Netralitas dan Empati.
Netralitas berarti sikap
impersonal memperlakukan orang lain tidak sebagai personal, melainkan sebagai
objek. Bersikap netral bukan berarti objektif, melainkan bersikap acuh tak
acuh, tidak menghiraukan perasaan danpengalaman orang lain. Lawan netralitas
ialah empati (yang sudah kita uraikan). Tanpa empati, orang seakan-akan mesin
yang hampa perasaan dan tanpa perhatian.
5.
Superioritas dan Persamaan.
Superioritas artinya sikap
menunjukkan anda lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain karena status,
kekuasaan, kemampuan intelektual, kekayaan, atau kecantikan. Superioritas akan
melahirkan sikap defensif. Persamaan adalah memperlakukan orang lain secara
horizontal dan demokratis. Dalam persamaan anda tidak mempertegas perbedaan.
Status bole h jadi berbeda, tetapi komunikasi anda tidak vertikal. Anda tidak
menggurui tetapi berbincang pada tingkat yang sama. Dengan persamaan, anda
mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pandangan dan
keyakinan.
6.
Kepastian dan Provisionalisme.
Dekat dengan superioritas
adalah kepastian (certainty). Orang yang memiliki kepastian bersifat
dogmatis, ingin menang sendiri, dan melihat pendapatnya sebagai kebenaran
mutlak yang tidak dapat diganggu gugat. Provisionalisme, sebaliknya, adalah
kesediaan untuk meninjau kembali pendapat kita, untuk mengakui bahwa pendapat
manusia adalah tempat kesalahan karena itu wajar juga kalau pendapat dan
keyakinan suatu saat bisa berubah. ("provisional" dalam bahasa
Inggris, artinya bersifat sementara atau menunggu sampai ada bukti yang
lengkap).
Sikap Terbuka
Sikap terbuka
(open-mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi
interpersonal yang efektif. Lawan dari sikap terbuka adalah dogmatisme sehingga
untuk memahami sikap terbuka, kita hares mengidentifikasikan lebih dahulu
karakteristik orang dogmatis. Berikut karakteristik orang terbuka dikontraskan
dengan karakteristik orang tertutup atau dogmatis ( Brooks dan Emmert
1977).
No.
|
Sikap Terbuka
|
Sikap Tertutup
|
1.
|
Menilai pesan secara objektif, dengan
menggunakan data dan keajekan logika
|
Menilai pesan berdasarkan motif-motif
pribadi. Tidak memperhatikan logika
dari
proposisi, lebih melihat sejauh mana proposisi itu sesuai dengan dirinya
|
2.
|
Membedakan dengan mudah, melihat nuansa
|
Berpikir simplisitis, artinya berpikir
hitam putih (tanpa nuansa). Dunia terbagi dua yang pro-kita di mana segala
kebaikan terdapat dan yang kontra-kita di mana segala kejelakan terdapat
|
3.
|
Berorientasi pada isi
|
Bersandar lebih banyak pada sumber pesan
(siapa) dari pada isi pesan (apa)
|
4.
|
Mencari informasi dari berbagai sumber
|
Mencarai informasi tentang kepercayaan
orang lain dari sumbernya sendiri, bukan dari sumber keperyaan orang lain.
|
5.
|
Lebih bersifat provisional dan bersedia
mengubah kepercayaannya
|
Secara kaku mempertahankan dan memegang
teguh sistem yang dipercayainya.
|
6.
|
Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai
dengan kepercayaannya
|
Menolak, mengabaikan, mendistorsi dan
rangkaian
Menolak pesan yang tidak konsisiten dengan system yang dipercayainya
|
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Kesimpulan
dari materi makalah ini adalah :
a.
Terdapat banyak definisi tentang
Komunikasi dari beberapa ahli.
b.
Komunikasi adalah sarana penting
dalam interaksi antar individu.
c.
Terdapat 3 dimensi dalam komunikasi.
d.
Terdapat banyak fungsi komunikasi
- SARAN
Makalah ini belumlah sempurna dalam penulisan maupun isi
dari makalh ini. Isi makalah ini belumlah dapat memenuhi keinginan pembaca.
Penulis juga menyadari kelemahan tersebut, maka saran dan kritik dari pembaca
sangatlah dibutuhkan.
wwuih...mantapzzz..
BalasHapusizin copas buat referensi...
gw sedoooot gan buat tugas.........
BalasHapus